Feminisme adalah sebuah gerakan dan ideologi yang memperjuangkan kesetaraan gender bagi perempuan dalam politik, ekonomi, budaya, ruang pribadi dan ruang publik. Feminisme bukanlah merupakan ideologi kebencian seperti yang dikatakan banyak orang pada umumnya. Orang-orang hanya belum paham secara keseluruhan mengenai feminisme sehingga banyak yang keliru.
Pemahaman Keliru terhadap Feminisme
Di mata masyarakat Indonesia pada umunya feminisme dicap sebagai paham yang sesat karena dianggap membenci laki-laki. Memang ada feminisme radikal yang secara total membenci laki-laki. Namun esensi dari feminisme yang sebenarnya bukanlah menyebarkan paham-paham radikal melainkan membantu mengubah paradigma masyarakat terhadap perempuan yang dianggap manusia nomor dua setelah laki-laki.
Banyak kekeliruan yang dilontarkan terhadap paham feminisme ini. Padahal feminisme adalah bagian dari perjuangan perempuan untuk mendapatkan hak-haknya diruang publik. Berikut 6 pemahaman keliru terhadap feminisme yang akan diuraikan di bawah ini.
1. Feminis Membenci Laki-laki
Feminisme dicap sebagai paham yang menyebarkan kebencian terhadap laki-laki. Padahal seperti yang sudah disinggung di atas kalau esensi feminisme ialah untuk membebaskan perempuan dari diskrimnasi, penindasan, dan hal lainnya. Kekeliruan seperti ini merupakan salah satu yang paling kuno terhadap feminisme.
2. Feminisme Berusaha Melemahkan Laki-laki untuk Mencapai Kesetaraan
Feminisme tidak bermaksud demikian, karena yang diharapkan ideologi ini ialah memperbaiki relasi gender, bukan memperkuat atau membela salah satu jenis kelamin dengan mengorbankan yang lainnya. Jadi, sudah bisa disimpulkan kalau feminisme tidak beraksud melemahkan laki-laki untuk mencapai kesetaraan gender.
3. Feminisme Hanya Membantu Perempuan
Kemungkinan Anda tidak sadar bahwa feminisme tidak hanya membebaskan perempuan dari konstruksi masyarakat. Namun, feminisme membantu memutus standar-standar yang diberikan masyarakat pada perempuan dan laki-laki.
Misalnya yang sering terjadi pada masyarakat kita kalau laki-laki harus lebih kaya dari perempuan kalau mau menikah. Laki-laki bisa saja menolaknya kalau merasa tidak siap secara fisik dan mental. Secara sosial dia tidak melanggar peraturan begitupun dalam hal keagamaan.
4. Hanya Perempuan yang Bisa Menjadi Feminis
Untuk mencapai kesetaraan gender justru dibutuhkan peran laki-laki dalam berbagai bidang. Karena feminisme berkomitmen mengatasi masalah sehari-hari seperti kekerasan seksual, kekerasan dalam rumah tangga, pemerkosaan, ketidaksetaraan penghasilan, dan lain sebagainya.
Dalam mengatasi permasalahan di atas, cara terbaiknya dengan melibatkan laki-laki. Misalnya meningkatkan kesadaran pegawai dan pemimpin pria mengenai kesetaraan gender, mengajarkan anak laki-laki agar menghormati anak perempuan, serta para ayah membantu membesarkan anak dan membantu pekerjaan domestik.
5. Feminisme Tidak Percaya Pernikahan
Apabila ada yang mengatakan feminisme adalah ideolgi yang menentang pernikahan itu salah. Justru orang-orang yang memegang prinsip feminisme melakukan pernikahan dan mengajarkan nilai pribadi, hukum, dan sosial kepada anak-anaknya.
Yang ditolak para feminis ialah ketika masyarakat menilai kalau pernikahan merupakan tempat terbaik bagi perempuan, memberi sanksi sosial kepada perempuan yang tidak menikah dan bercerai, dan pernikahan digunakan sebagai cara suami mengontrol perempuan.
6. Feminisme adalah Konsep Barat
Feminisme telah ada sejak lama dibagian dunia non-Barat, dari Amerika Selatan, Asia sampai Afrika yang disesuaikan dengan konteks sosial masyarakat mereka. Jadi dengan mengatakan feminisme adalah produk dan konsep Barat itu tidak sesuai. Mungkin saja kasus ketidaksetaraan gender di Barat lebih banyak sehingga perempuan di sana menggunakan konsep feminisme untuk mengantisipasinya.
Demikianlah 6 pemahaman keliru terhadap feminisme yang sering terjadi pada masyarakat. Baik itu di Indonesia atau dibelahan dunia lainnya. Padahal konsep feminisme adalah untuk memutus konstruksi masyarakat tentang feminitas dan maskulinitas. Tujuannya untuk mencapai kesetaraan gender agar dunia lebih nyaman dan damai.